Fisika-Teori Kinetik Gas & Termodinamika
“ Teori Kinetik Gas dan
Termodinamika ”
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan taufiq,
rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya dapat beraktivitas untuk menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul “ teori kinetik gas dan termodinamika “
ini. Walaupun banyak isi dari rangkuman karya ilmiah ini saya kutip langsung
dari sumber. Tapi saya berharap karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah
wawasan saudara-saudari yang ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas tentang “teori kinetik gas dan termodinamika
“.
Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas fisika yang diberikan oleh Bapak
guru Sukarno.
Makalah ini
berisi informasi tentang “teori kinetik gas dan termodinamika “. Yang kami
harapkan pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan dengan teori
kinetik gas dan termodinamika yang akan kami bahas ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi pembaca. Terima kasih,
Rembang, 13 Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………………1
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….3
Pendahuluan.....................................................................................4
Pembahasan.....................................................................................5
Kesimpulan……………………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….15
PENDAHULUAN
Gas merupakan suatu zat yang molekul atau partikelnya bergerak
bebas. pada makalah ini akan dipelajari mengenai sifat mikroskopik dari suatu
gas dengan meninjau dari tekanan, volum dan suhu yang sering disebut dengan
teori kinetik gas.
Selain itu akan dipelajari juga ilmu tentang energi yang
sering disebut termodinamika, yang secara spesifik membahas tentang hubungan
antara energi panas dengan kerja. energi dapat berubah dari satu bentuk ke
bentuk lain, baik secara alami maupun
hasil rekayasa teknologi. selain itu energi di
alam semesta bersifat
kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi
adalah perubahan energi
dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. hal ini erat hubungannya dengan hukum – hukum
dasar pada termodinamika.
PEMBAHASAN
1. Teori Kinetik
Gas Ideal
Dalam hal ini yang disebut gas ideal adalah gas yang memenuhi
asumsi-asumsi sebagai berikut :
1.
Terdiri atas partikel dalam jumlah yang banyak dan tidak ada gaya
tarik-menarik antar patikel.
2.
Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah acak (sembarang).
3.
Ukuran partikel diabaikan terhadap ukuran wadah.
4.
Setiap tumbukan yang terjadi secara lenting sempurna.
5.
Partikel-partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruang dalam
wadah.
6. Gerak partikel gas memenuhi hukum
newton tentang gerak.
7.
Tidak ada energi yang hilang.
8.
Ukuran lebih kecil dari jari – jari.
9.
Masih berlaku hukum – hukum newton
Berdasarkan eksperimen persamaan keadaan gas yang telah
dilakukan dengan mengubah besaran tekanan, volum, dan suhu ternyata ada
kesebandingan antara hasil kali tekanan dan volum terhadap suhu yaitu sebagai
berikut :
PV α T
Demikian juga dengan massa sistem gas setelah divariasi dengan
tekanan, volum, dan suhu terdapat kesebandingan yaitu sebagai berikut :
PV α MT
Untuk membuat persamaan
diatas menjadi sempurna maka diperlukan suatu konstanta pembanding yang
nilainya sama untuk semua gas. Dari hasil eksperimen nilai konstanta pembanding
adalah berbeda untuk setiap gas jika kita menggunakan satuan massa tetapi
menggunakan mol. 1 mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang ada pada 12 gram
atom karbon-12 yaitu sebanyak 6,02 x 1023 partikel. Bilangan 6,02 x 1023
disebut bilangan avogrado (No).
Dengan demikian mol zat dapat dinyatakan dalam jumlah partikel
n seperti berikut :
n = atau N = n No
Dengan :
n = Jumlah zat (mol)
N = Banyaknya partikel (molekul)
No = Bilangan avogrado (6,02 x 1023)
Konstanta perbandingan universal, yang berlaku untuk semua gas
adalah r (konstanta gas universal) sehingga persamaan keadaan gas ideal dapat
ditulis manjadi seperti berikut:
P v = n r t
Dengan :
P = Tekanan gas (atm atau n/m2)
v = Volum gas (m3 atau liter)
n = Jumlah mol gas (mol)
r = Tetapan gas universal (8,31 j/mol k)
t = Suhu gas (k)
pv = r t
pv = n k
Oleh karena n =
maka persamaan keadaan gas ideal dapat dinyatakan dalam jumlah molekul.
Dengan k = = tetapan
boltzman (1,38x10-23 j/k)
p = Tekanan gas (n/m2)
v = Volum gas (m3)
n = Jumlah molekul
t = Suhu gas (k)
Jika ditinjau dari sudut pandang mikroskopik,
partikel-partikel zat saling memberikan gaya tarik berasal dari sifat elektris
maupun gravitasinya (hukum newton tentang gravitasi). Selain gaya tarik
antarpartikel juga terdapat gaya tolak antarpartikel yang berasal dari sifat
elektris inti atom yang bermuatan positif. Massa atom terpusat pada inti atom
sehingga jika jarak atom terlalu dekat maka akan terjadi gaya tolak yang cukup
besar dari atom-atom tersebut. Dengan demikian, terdapat jarak minimum yang
harus dipertahankan oleh atom-atom tersebut agar tidak terjadi gaya tolak.
Persamaan keadaan gas ideal
Persamaan gas ideal adalah suatu persamaan yang menyetakan
hubungan antara tekanan, volume, dan suhu suatu gas. berikut persamaan yang
ditemukan dalam bentuk hukum fisika.
Hukum boyle
Hukum boyle yang berbunyi bila massa dan suhu suatu gas dijaga
konstan maka volum gas akan berbanding terbalik dengan tekanan mutlak, yang
dikemukakan oleh robert boyle (1627-1691).
Pernyataan lain dari hukum boyle adalah bahwa hasil kali
antara tekanan dan volum akan bernilai konstan selama massa dan suhu gas dijaga
konstan. Secara matematis dapat di tulis:
P v = c
Keterangan:
p = Tekanan gas (n/ m2
atau pa)
v = Volum gas (m3)
c = Tetapan berdimensi usaha
Hukum Charles
Hukum charles berbunyi volum gas berbanding lurus dengan suhu
mutlak, selama massa dan tekanan gas dijaga konstan, dikemukakan oleh Jacques
charles tahun 1787. Dengan demikian volum dan suhu suatu gas pada tekanan
konstan adalah berbanding lurus dan secara matematis kesebandingan tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut:
v = kt
Dengan, k adalah konstanta
Kemudian untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami perubahan
volum dan suhu dari keadaan 1 ke keadaan 2 saat tekanan dan massa dijaga
konstan, dapat dirumuskan berikut :
Dengan :
v1 = Volum gas mula-mula (m3)
v2 = Volum gas akhir (m3)
t1 = Suhu gas mula-mula (k)
t2 = Suhu gas akhir (k)
Hukum gay lussac
Pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu
mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum gay-lussac, dinyatakan
oleh joseph gey lussac (1778-1850).
Untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami pemanasan dengan
volum dijaga tetap, pada proses 1 dan 2 hukum gay-lussac dapat ditulis seperti
berikut:
= c ===>
v = tetap atau p = c.t
= ===>
v = tetap
Dengan :
p1 = Tekanan mula-mula (atm)
p2 = Tekanan akhir (atm)
t1 = Suhu mutlak mula-mula (k)
t2 = Suhu akhir (k)
Hukum boyle-gay lussac
Suatu rumus turunan dari perkembangan dari hukum boyle dan gay
lussac yaitu persamaan keadaan gas yang lebih umum yang menghubungkan besaran
tekanan, volum, dan suhu dalam berbagai keadaaa, sehingga memperoleh persamaan
berikut :
= c apabila dalam dua keadaan maka dapat ditulis
dengan =
Keterangan :
p1 = Tekanan gas mula-mula (n/m2)
v1 = Volum gas mula-mula (m3)
t1 = Suhu mutlak gas mula-mula (k)
p2 = Tekanan gas akhir (n/m2)
v2 = Volum gas akhir (m3)
t2 = Suhu mutlak gas akhir (k)
2. Termodinamika
Pada termodinamika terdapat empat proses yaitu isobarik,
isothermal, iskhorik, adiabatik. Proses-proses tersebut digunakan di dalam
hukum I termodinamika.
A. Proses isobarik
(tekanan selalu konstan)
Dalam proses isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu
konstan. karena yang konstan adalah tekanan, maka perubahan energi dalam (delta
u), kalor (q) dan kerja (w) pada proses isobarik tidak ada yang bernilai nol.
Dengan demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetap utuh seperti
semula :
Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik
digambarkan melalui grafik di bawah :
Mula-mula volume sistem = v1 (volume kecil). Karena tekanan
dijaga agar selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem
memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja
terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi v2 (volume sistem
bertambah). Besarnya kerja (w) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.
B. Proses isotermal
(suhu selalu konstan)
Dalam proses isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu
konstan, suhu gas ideal berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal (u = 3/2
nrt). Karena t tidak berubah maka u juga tidak berubah. Dengan demikian, jika
diterapkan pada proses isotermal, persamaan hukum pertama termodinamika akan
berubah bentuk seperti ini :
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses
isotermal (suhu konstan), kalor (q) yang ditambahkan pada sistem digunakan
sistem untuk melakukan kerja (w).
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal
digambarkan melalui grafik di bawah :
Mula-mula volume sistem = v1 (volume kecil) dan tekanan sistem
= p1 (tekanan besar). Agar suhu sistem selalu konstan maka setelah kalor
ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan.
Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem bertambah)
dan tekanan sistem berubah menjadi p2 (tekanan sistem berkurang). Bentuk grafik
melengkung karena tekanan sistem tidak berubah secara teratur selama proses.
Besarnya kerja yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.
C. Proses isokorik
(volume selalu konstan)
Dalam proses isokorik, volume sistem dijaga agar selalu
konstan. Maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga
sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.
Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan hukum pertama
termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses
isokorik (volume konstan), kalor (q) yang ditambahkan pada sistem digunakan
untuk menaikkan energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik
digambarkan melalui grafik di bawah :
Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya tambahan
kalor pada sistem menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi
dalam sistem bertambah maka suhu sistem (gas ideal) meningkat (u = 3/2 nrt).
Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Karenanya, jika suhu sistem meningkat,
maka tekanan sistem bertambah (p2). Karena volume sistem selalu konstan maka
tidak ada kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).
D. Proses adiabatik
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada
sistem atau meninggalkan sistem (q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada
sistem tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang
terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir
ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi
pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus
dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju
sistem atau meninggalkan sistem.
Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan hukum pertama
termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :
Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap
sistem), maka kerja bernilai negatif. Karena w negatif, maka u bernilai positif
(energi dalam sistem bertambah). Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai
dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka w bernilai positif. Karena w
positif, maka u bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).
Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu
(u = 3/2 nrt), karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka sistem juga
bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem
berkurang.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik
digambarkan melalui grafik di bawah :
Kurva adiabatik pada grafik ini lebih curam daripada kurva
isotermal (kurva 1-3). Perbedaan kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk kenaikan
volume yang sama, tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik
dibandingkan dengan proses isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih banyak
pada proses adiabatik karena ketika terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem
juga berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu
sistem berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada proses
isotermal, suhu sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal
suhu tidak ikut mempengaruhi penurunan tekanan.
KESIMPULAN
Pada kinetik gas terdapat beberapa hukum yaitu :
· Hukum Boyle
· Hukum Charles
· Hukum Gay
lussac
· Hukum Boyle –
Gay lussac
Pada termodinamika terdapat empat proses yaitu:
· Isobaric
· Isothermal
· Isokhorik
· Adiabatik
Tags:
pendidikan